Mungkin teman-teman seringkan
mendengar kata Budaya. Apa sebenarnya Budaya itu? Budaya berasal dari kata budi
dan daya. Budi bermakna akal dan batin yang digunakan untuk menimbang perbuatan
baik dan buruk, benar dan salah. Makna perbuatan di dalamnya dilihat dari watak,
perangai, tabiat, akhlak perbuatan baik dengan ikhtiar. Di sisi lain, daya
mengandung arti tenaga, kekuatan, pengaruh, cara atau jalan akal dalam
berikhtiar. Dengan demikian budaya berarti kekuatan yang mendorong seseorang
untuk bertabiat baik, benar dengan melalui cara-cara yang dapat menimbang
perbuatan yang harus dan tidak boleh dilakukan. Pakar budaya Kuntjoroningrat
dalam buku Simbolisme Budaya Jawa yang dikutip Budiono H,
menyatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta (bhuddhayah)
adalah bentuk jamak dari buddi yang berarti budi dan akal.Selanjutnya, Koencoroningrat
menguraikan dan menjabarkan bahwa kebudayaan terdiri dari tujuh unsur universal
dan terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut di bawah ini.
Tujuh
(7) unsur kebudayaan adalah sebagai berikut:
1.
Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem dan organisasi
kerjasama
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup
7. Sistem teknologi dan peralatan
Kesenian khususnya menyangkut
salah satu aspek seni yakni seni tari. Kesenian dalam bentuk kegiatan merupakan
budi daya manusia. Kesenian merupakan perwujudan gagasan-gagasan tradisional
yang diperoleh secara historis. Kesenian hubungannya dengan nilai-nilai
merupakan bentuk simbolisasi, mencipta karya atau berkarya yang berarti memberi
bentuk tujuan/visi manusia secara pribadi.
Kebudayaan merupakan warisan
fakta-fakta budaya yang memiliki makna apabila dituangkan melalui konsep pikir,
perasaan, berkeindahan secara bebas. Dengan demikian, kebudayaan dapat
membentuk tingkah laku manusia
yang harmonis secara bebas.
Kebudayaan pada dasarnya
merupakan proses mencapai tingkah laku yang sempurna. Kaitan berkebudayaan
dengan kehidupan bermasyarakat atau berkebangsaan sebagai kontaks budaya dalam
konteks kebersamaan, manusia berkelompok membentuk warisan tata cara dan
pernyataan maksud dalam mencapai tujuan bersama.
Secara histories. akumulasi
pernyataan kebudayaan dapat dituangkan dalam bentuk hubungan tata cara dan
tingkah laku yang disepakati sesuai adat kebiasaan, adat yang diatur dalam
agama. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui perilaku suku bangsa dalam berkebudayaan
akan selalu berupaya melakukan adaptasi atau penyesuaian dalam perilaku berbudi
pekerti santun, terpuji, dan berbudi bahasa serta bertutur yang baik. Manusia
berbudaya dapat dipandang lebih tinggi disbanding dengan makhluk lain di dunia.
Manusia menghasilkan hasil budaya, konsep cara berpikir, dan kemampuan
mengorganisasikan ingatan, dan motif bertindak melalui ungkapan pikiran yang
dimiliki. Konteks budaya manusia bermacam bentuknya. Secara teoretis, konteks
budaya manusia berbentuk tulisan,
perilaku, implementasi motif ungkapan verbal (lisan) .
Perjalanan hidup manusia di dalam
menerapkan pengalaman perilakunya dimodifikasi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Manusia menomorsatukan peran fungsi kelakuan fungsi rohaniah dalam bentuk
kemauan yang ditunjukan. Hal tersebut biasanya bertujuan untuk mengungkapkan
kemauan, maksud tujuan agar dapat dibicarakan atau menjadi buah bibir. Dengan demikian,
dalam pelaksanaannya perilaku dan penghayatan rohani manusia dapat saling
bertolak belakang.
Kemampuan manusia untuk
menalarkan budaya erat hubungannya dengan kemampuan berpikir, kepekaan
perilaku, dan kreativitas dan eksperimen imajinasi dalam mewujudkan hasil budi daya
(budaya). Cara-cara tersebut muncul pada saat mencari ide, menjabarkan ide, dan
memproses terwujudnya komunitas berkesenian. Kemampuan menuangkan ide seperti
disebut di atas patut disyukuri. Prosedur mewujudkan kreativitas dan imajinasi
hasil budaya sangat penting. Kualitas perwujudannya dapat dilakukan seseorang
melalui menempatkan kelebihan berpikir dan berimajinasi. Seseorang dalam
melakukan perwujudan keseniannya mutlak syarat yang harus dikembangkan. Hal ini
dapat digunakan untuk membedakan manusia dengan mahluk lain. Perwujud melaksanakan
kebudayaan manusia dikembangkan sesuai konsep hasil budaya dengan
berbagai pilihannya.
Hasil budaya tersebut di atas selanjutnya
digunakan manusia sebagai alat untuk beradaptasi dengan lingkungan alam,
terutama tujuannya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Dengan demikian
kemampuan untuk melahirkan gagasan, arah dan tujuan yang ingin dicapai, hingga
perubahan yang diharapkan terutama dalam melahirkan satu konsep yang
dibayangkan, dipikirkan, dan dicita-citakan manusia yang bersangkutan selalu
berhubungan dengan orientasi budaya dan tingkat adaptasinya di dalam pengembangan
yang diharapkan.
Ilustrasi tentang kemampuan
manusia untuk melahirkan kreativitas dan imajinasi inilah yang selanjutnya
digunakan oleh penulis untuk memahami corak-ragam kesenian yang pada tingkat adaptasinya
sebagai hasil budaya. Konsekuensi logis yang harus ada adalah menjadi
pencerahan hasil budaya manusia untuk difokuskan dalam bentuk kesenian.
Kesenian yang telah mapan telah
mempola membentuk identitas, dalam perkembangannya disosialisasikan menjadi
hasil budaya nenek moyang atau leluhur yang siap diwariskan. Nilai budaya nenek
moyang telah mencapai pemahaman yang tinggi. Falsafah yang terkandung bermakna
dan memiliki bobot. Hal ini dapat tersirat di dalamnya dengan mengajarkan
berbagai makna dalam isi yang berbudi luhur. Makna simbolis budaya nenek moyang
yang telah diwariskan secara implicit sebagai pernyataan budaya.
Kurun waktu yang berjalan terus
hingga akhir zaman, wujud kebudayaan yang salah satu sisi diungkapkan dalam
bentuk kesenian sangat bervariasi. Pencapaian tingkat penghayatannya diarahkan
untuk mencapai standar hasil kesenian hingga pada tingkat adaptasinya untuk
mewujudkan hasil pemikiran manusia secara beragam. Pada masa datang hasil seni
diharapkan bisa menjadi panutan, cahaya hidup, dan sumber inspirasi penciptaan.
Reputasi kesenian yang tampil tersebut selanjutnya menjadi model bermacam jenis
seni yang ada di bumi. Kendala yang dihadapi dalam menyatakan hasil kesenian berhubungan
dengan sesuatu yang dibayangkan, dipikirkan, dan dicita-citakan. Produk
kesenian yang diwujudkan pada hakikatnya harus dianalisis atau dirinci sehingga
pada bentuk yang muncul mampu menjelaskan khasanah refleksi kehidupan manusia
agar masuk akal atau logis. Kesenian di Indonesia berwujud hasil budaya manusia
Indonesia yang secara integral diakui oleh kalangan pendidikan dan ini
digunakan bahan pembelajaran.
Cakupan ini ditulis sebagai arah
pandang generasi datang untuk pembelajaran. Kronologi yang diharapkan agar
generasi penerus tidak akan mengalami degradasi mental untuk belajar
keseniannya sendiri kepada bangsa lain. Pada muaranya, hasil kesenian yang
direpresentasikan ini tidak putus mata rantainya, hingga kita kehilangan seni
dan budaya bangsa sendiri. Oleh sebab itu, rangkaian mata rantai penulisan, penelusuran,
argumentasi, dan pernyataan yang terkandung dalam buku ini tidak semata-mata
untuk dikukuhi sebagai amalan pendapat penulis saja, melainkan sebagai hasil
kesenian yang dicacahgabungkan menjadi hasil penulisan informasi banyak pihak, sehingga
generasi berikut tidak kehilangan arah untuk melestarikan dan mengembangkan
kesenian sendiri agar lebih inovatif, variatif, akomodatif, dan perspektif.
Patut disadari bahwa perkembangan zaman dan teknologi yang sangat pesat dapat
digunakan untuk mengubah momen ini menjadi penting. Perkembangan ini harusdapat
dimanfaatkan untuk konservasi, revitalisasi, dan transformasi kesenian agar
tidak punah. Dokumentasi dan pelestarian kesenian harus dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah agar generasi berikut tidak buta budaya atau kesenian bangsa
sendiri. Selanjutnya, pada implementasinya bentuk penyadaran kepada generasi
penerus kita agar mau dan sanggup bertanggung jawab dalam pewarisan dan pengembangan
ke mana arah dan laju kesenian kita akan dibawa. So, jadilah pemuda yang
mencintai budayanya sendiri. Agar anak cucu kita kelak juga bisa merasakan
keindahan budaya yang selama ini kita miliki.
0 komentar:
Posting Komentar